Minggu, 21 Maret 2021

Cara Konsisten dalam Menulis Menurut Dara Susanti atau Keyla Putri Azalea Orysa

(Silakan komentar kalau ada yang mau dikritik. Mengkritik dapat dijadikan sebagai bentuk partisipasi untuk memajukan dan mengembangkan literasi, terutama di Indonesia. Dengan kritik, penulis bisa mengevaluasi tulisannya sendiri. Dengan kritik, pembaca dapat menjadi seseorang yang jeli)


Menurut Dara Susanti, atau nama penanya Keyla Putri Azalea Orysa, ada lima cara agar konsisten dalam menulis, yaitu:

1. Membuat jadwal/planning menulis. Kita tidak tahu hal tak terduga apa yabg datang kepada kita.

2. Membuat target dengan merancang deadline dan hukuman sendiri apabila tidak bisa konsisten.

3. Menentukan objek favorit untuk dijadikan inspirasi. 

4. Jangan berpatokan pada satu referensi, agar ilmu kita tidak seperti berjalan di tempat. 


"Banyaklah membaca, karena penulis hebat adalah pembaca hebat." - Keyla Putri Azalea Orysa, 21 Maret 2021


5. Sediakan camilan favorit untuk moodbooster (khusus yang moody-an/bete/bosan, ya), sesekali diiringi musik yang menyenangkan. 


Jika semua sudah dilakukan, tetapi tidak mempan, maka harus memakai kunci rahasia, yaitu cemburu dan iri. Iri dan cemburu terhadap orang yang dapat menulis dan menghasilkan banyak karya. Intinya, ke hal positif. 


"Sesuatu yang negatif itu tidak baik bagi tubuh manusia." - Keyla Putri Azalea Orysa, 21 Maret 2021


~ Berbagai pertanyaan 


"Sesungguhnya seseorang yang mau belajar tidak akan pernah malu untuk bertanya." - Nurul Hasanah, 21 Maret 2021


Pertanyaan dari Rohana: Saya ada kendala, Mbak. Semangat menulis kalau ada event saja. Bagaimana agar rajin menulis setiap hari? Bingung mau menulis apa. Serasa tidak ada tantangan. Mohon solusinya, Mbak.


Jawaban narasumber: Caranya itu adalah dengan membuat tantangan dan menyelesaikan sendiri, atau bisa meminta bantuan dari temen, saudara, dan sahabat. Semisal, dia memberikan tantangan agar kamu menulis, lalu dia akan memantau perkembangannya secara bertahap.


Pertanyaan dari Benediktus Budi: Kadang yang sulit adalah membuat sinopsisnya, Kak, terutama di platform online yg dibatasi jumlah katanya. 


Jawaban narasumber: Kadang kamu bisa sebelum kamu membuat ceritanya. Kamu bisa memulainya dengan sinopsis terlebih dahulu, lalu kamu kembangkan. Jika tidak dibatasi, maka akan kebablasan dan jadinya bukan sinopsis lagi. 


Pertanyaan dari Hanik Astutik: Terkadang saat mencuci piring/menyapu/mau tidur/kegiatan lainnya, ide dan kosakata muncul tiba-tiba, tetapi hanya sekejap saja. 

Bagaimanakah caranya agar kita bisa menahan ide dan kosakata tetap ada di otak? 


Jawaban narasumber: Sering terjadi begini, sih. Caranya, sediakan buku kecil dan pulpen, atau bisa dengan alternatif HP. Ketika ide itu muncul, langsung catat. Kalau kata dosen saya, sih, sebelum lahiran, sudah ada persiapan.


Pertanyaan dari Eli Widiyawati: Bagaimana cara mengubah kebiasaan dan ketergantungan menulis karena DL dan mendapat tema dari event menjadi kebiasaan menulis dari diri sendiri?


Jawaban narasumber: Caranya, dengan menanam keinginan menulis terlebih dahulu, misal saya ingin menerbitkan karya tahun ini, saya harus bisa. Padahal tema dari dalam diri jauh lebih menyenangkan, lho. Kita bebas bercerita, apalagi bisa dimulai dari menulis diary paling sederhana, lalu terbiasa menulis lagi dan tidak tergantung event atau DL lagi. Misal, lagi ada masalah, lalu enggan cerita ke orang-orang. Bisa, lho, lewat bercerita pada kertas kosong. Menenangkan. 


Pertanyaan dari Nyimas: apa tips dan trik mencari objek favorit di kala badmood, tetapi ada niatan menulis? Terus, bagaimana cara mengencangkan tulisan dari objek yang sudah kita pilih tersebut?


Jawaban narasumber: Biasanya objek favorit itulah pembangkit semangat, terlebih jika itu hal yang kita sukai. Dan belajar memilah mood. Jangan karena satu masalah berimbas ke mana-mana. Misal, kamu memilih senja. Kamu bisa menguraikan bagaimana, sih, senja itu. Contoh singkat sajak senja, 


Kala malam menghampiri

Cahaya jingga malu-malu meninggalkan bumi

Menitip pesan pada sang bulan

Agar memberi hangat baru

Seorang anak menatap sendu

Kala siang berganti malam

Seakan tak rela, mataharinya pergi


... (Dan seterusnya)


Pertanyaan dari EL Mutia Ahmad: Bagaimana caranya menahan tertarik menulis karena punya ide judul lain, padahal tulisan lama belum terselesaikan? Karena yang biasanya justru ketika kita melanjutkan menulis dengan judul baru, judul lama atau tulisan lama jadi ambyar terabaikan.


Jawaban narasumber: kalau ide lain muncul, catat dulu, tetapi tanam dalam diri apa yang sudah kamu mulai harus kamu selesaikan. Dan sebagai penulis wajib menyelesaikan tulisannya. Emangnya mau kalau tulisan bisa berkata, 'Tuanku berpaling hanya karena melihat yang baru?'. Sakit, lho.


Pertanyaan dari Asri Nopianti: bagaimana cara move up dari kegagalan mengikuti event-event lomba menulis?


Jawaban narasumber: ummm gimana, ya. Namanya hidup, ketika kita ingin mencapai keberhasilan, butuh yang namanya usaha. Ketika usaha sedang gagal, bukan dijadikan hal menghambat, justru dari gagal itu belajar mencari tahu, 'Kenapa aku gagal, yah? Apa yang salah dalam penulisanku?' Coba banyak membaca referensi lagi. Menjadi sang juara itu butuh tahapan. Emang ada bayi baru lahir langsung bisa lari? Sama seperti itu, anggaplah dirimu masih melalui tahapan-tahapan agar tulisanmu lebih layak lagi dan dirimu bisa bangga, karena orang sukses tidak ada tanpa ada yang namanya jatuh.


Pertanyaan dari Agel Daramayu: untuk membuat puisi yang indah sebaiknya memang memakai diksi, tetapi kebanyakan puisi yang saya buat mengalir begitu saja dengan kata-kata yang alami tanpa diberikan diksi ataupun majas. Jadi, apakah masih dikatakan sebagai puisi ketika tidak memakai diksi dan juga majas?


Jawaban narasumber: Terkadang puisi tidak harus menggunakan diksi yang rumit, kok. Tidak selamanya begitu. Pemilihan kata yang terurai juga merupakan diksi, hanya saja diksi halus. Maknanya bagaimana? Tidak menggunakan bahasa yang membuat kita berputar otaknya seperti mata hijau, bagaskara, dan rahayu. Banyak puisi yang tergolong simpel, tetapi tetap disebut puisi, hanya saja digunakan diksi agar lebih indah dan tidak terlalu banyak kata seperti cerita.


Pertanyaan dari Nur: bagaimana, ya, Kak, agar tulisan yang kita buat tidak belibet kalimatnya dan terhindar pemakaian kalimat yang berulang-ulang, sehingga membuat reader bosan?


Jawaban narasumber: kuncinya, jadilah pembaca bagi tulisanmu sendiri, karena jika kamu hanya mendalami sebagai penulis, maka salah. Ketika kamu beralih sebagai pembaca, lalu kamu risih dengan pengulangan kalimat; kamu akan paham. Atau kamu bisa meminta kritikan dari orang terdekat sebagai sudut pandang pembaca lainnya. Satu hal yang harus kamu tahu, setiap penulis memiliki pembacanya masing-masing.


Pertanyaan dari Ulfa Citra: bagaimana kita menemukan objek? Jika sudah kehabisan ide, apa yang bisa dijadikan objek?


Jawaban narasumber: objek itu sebagai cuci mata, dan pikiran. Artinya apa? Ide itu tidak bisa diatur kapan munculnya. Ketika sudah kehabisan ide, rileks dulu dengan melihat objek yang disukai. Setelah tenang, ide akan muncul kembali.


Selesai


Sumber: 

Susanti, Dara. 2021. Cara Konsisten dalam Menulis. Diambil pada Maret 2021 dari seminar KPP-CS bersama Dara Susanti.


(Silakan komentar apabila ada yang mau dikritik. Membuat kritikan tidak hanya bisa dari segi penulisan; bisa juga dari judul, kesesuaian antara judul dan isi, layout, penulisan sumber, dll.)


"Mari satukan penulis dan pembaca agar bisa bekerja sama dalam membangun literasi, terutama di negeri sendiri." - Poetree Malu, 21 Maret 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belilah Khamr

Pada suatu hari ada dua orang yang berpakaian tertutup—hanya menampakkan area mata—datang ke sebuah rumah. Orang yang berbulu mata lentik me...