Sabtu, 10 Februari 2024

Belilah Khamr

Pada suatu hari ada dua orang yang berpakaian tertutup—hanya menampakkan area mata—datang ke sebuah rumah. Orang yang berbulu mata lentik memakai pakaian serba putih, sedangkan orang di sebelahnya memakai pakaian serba hitam. Mereka mengetuk rumah itu sebanyak tiga kali dengan punggung tangan.

"As-salamu 'alaikum!" salam mereka dengan tingkatan suara yang sama, tetapi dengan jenis suara berbeda.

"Wa 'alaikumus-salam! Sebentar!" balas orang dari dalam rumah dengan suara bariton seorang pemuda.

Tidak lama kemudian, pintu itu terbuka, menampakkan laki-laki berusia 26 tahun. Wajahnya pucat pasi saat melihat tamu-tamunya berpenampilan seperti teroris atau rentenir. 

"Selama sore, Tuan," sapa para tamu dengan ramah. Meskipun begitu, dada tuan rumah berdebar takut. Dia ingin berbalik lalu menutup pintu dengan cepat, tetapi raganya tidak mau bekerja.

"Si—siapa kalian?" tanyanya kemudian, tetapi dengan gemetar, bahkan seluruh tubuhnya, "ada keperluan apa dengan saya? Perasaan saya sudah lunas membayar utang saya."

"Tenang, Tuan, saya bukan penagih utang. Saya hanya ingin menawarkan Anda susu," kata tamu berpakaian hitam sambil mengeluarkan sebotol plastik 220 ml berisi susu putih dari saku baju panjangnya. Suaranya bariton, "ini susu murni sapi. Harganya 5 ribu."

"Saya juga, hanya ingin menawarkan Anda ... khamr," tutur tamu berpakaian putih dengan suara lirih di akhir kalimatnya seraya mengeluarkan bungkusan kain hitam kecil berbentuk botol 5 ml dari balik baju panjangnya, "belilah, Tuan. Tuan belum mencobanya, kan? Khusus hari ini, saya kasih harga setengahnya dari harga normal di pasar. Seratus ribu saja. Tapi, jika Tuan masih belum sanggup membayarnya, Tuan bisa DP dulu. Atau Tuan mau mengutang semuanya?"

"Jangan, Tuan," tegur tamu berpakaian hitam, "kharm itu haram dan dapat merusak tubuh. Anda juga bisa dipenjara. Tolong beli susu saya saja! Saya butuh biaya untuk pengobatan anak saya."

"Tuan, Anda bisa mencobanya sekali secara sembunyi lalu tobat, sehingga Tuan tidak akan dipenjara dan Tuhan akan mengampuni dosa Tuan. Meminumnya sesekali juga akan berpengaruh sedikit terhadap tubuh. Percaya sama saya, Tuan. Apa Tuan tidak penasaran dengan rasanya? Jika bukan hari ini, kapan lagi?" bujuk tamu berpakaian putih, "dan hati-hati dengan orang yang menawarkan sesuatu yang membuat Tuan merasa kasihan. Bisa jadi itu hanya strategi marketing-nya agar barang dagangannya terjual laris manis. Tentu Tuan lebih tahu tentang ini."

"Tuan, Anda pasti sudah tahu bahwa kematian itu rahasia Tuhan. Tidak ada yang bisa menjamin kalau nyawa kita dicabut saat kita berbuat baik atau menjauhi larangan-Nya. Meski seseorang dari neraka bisa dipindah ke surga, tetapi tidak ada yang bisa menjamin hal itu akan terjadi pada kita juga. Pikirkanlah baik-baik, Tuan. Toh nanti jika kita masuk surga, kita bisa merasakan minuman haram di dunia itu, bahkan sepuas kita. Sedangkan susu murni ini halal dan baik. Insyaallah memberikan banyak manfaat bagi tubuh Anda juga."

"Tuan, jika Tuan tidak berani meminum khamr, Tuan bisa menghirup aromanya yang menenangkannya. Setelah itu Tuan bisa menjualnya. Jika Tuan menjualnya dengan harga normal, Tuan akan memperoleh laba yang banyak, sehingga uangnya bisa Tuan gunakan untuk membeli impian Tuan. Tak maukah, Tuan? Kesempatan ini tidak tahu akan datang kapan lagi, bahkan bisa jadi kita tidak akan bertemu lagi, entah saya lupa dengan Anda atau alamat rumah Anda, Anda pindah rumah, ajal lebih mendahului salah satu dari kita, atau lainnya. Hanya saya yang menjual khamr ini, karena saya menolak orang kedua (sales). Terkait minuman yang karanta halal, baik, dan akan memberikan banyak manfaat, apa jaminannya? Apalagi kemasannya polosan. Bisa jadi hanya besar mulut, aslinya mengandung banyak bakteri atau ternaknya hasil mencuri. Kita harus melihat pakaian yang dikenakan penjualnya. Lalu lihat kuantitas jualannya. Jika kecil, sudah jelas tidak akan memberikan manfaat yang banyak, kan?"

"Tuan, Anda pasti tahu bagaimana proses zina itu. Dari pandangan, coba-coba pegangan tangan, berlanjut ciuman, pada akhirnya ingin lebih dan lebih. Itu tidak jauh berbeda dengan khamr. Setelah merasakan kenikmatannya, seseorang tanpa sadar jadi pengguna, terus ingin lagi, kecanduan, dan puncaknya rusak sudah kehidupannya. Makanan dan minuman haram juga haram dijual. Hasil jualannya tidak berkah. Lagi pula, Anda belum tentu bisa menjualnya. Jika salah sasaran, Anda bisa dilaporkan ke polisi. Berbeda dengan susu ini. Pemerahannya higienis, langsung dari sapi ternak saya sendiri. Pakan, kandang, dan kesehatan sapi saya terjaga."

"Tuan, jika Tuan berzikir setelah mencium aroma minuman ini, insyaallah hal-hal buruk tidak akan terjadi pada Tuan. Jika Tuan kesulitan menjualnya, Tuan bisa menghubungi saya. Saya punya beberapa orang yang bisa Tuan tawari dan saya jamin mereka tidak akan melaporkan Tuan, sehingga jerugi besi tidak akan pernah menyentuh Tuan. Jika Tuan beli minuman yang belum pasti benar seperti omongan penjualnya, Tuan harus susah payah mengeceknya."

Area mata orang berpakaian hitam basah. Dia memutar otak agar orang di depannya tidak tergoda dengan khamr. "Tuan, mencegah lebih baik daripada mengatasi. Khamr pasti akhirnya membuat kita menyesal. Lebih baik kita bersabar menanti takdir-Nya. Takapa Anda tidak membeli susu saya ini, saya bisa menawarkannya ke orang lain. Tapi, jika Anda tidak membeli khamr juga, saya doakan keberkahan melimpah kepada Anda."

"Aha! Bagaimana kalau Tuan membeli keduanya? Susu, kan, bisa menetralisir khamr. Two in one. Jika bisa sekaligus, mengapa hanya satu? Keuntungannya berlipat-lipat, Tuan bisa merasakan minuman yang belum pernah Tuan coba dan pahala karena telah membantu penjual yang anaknya sakit juga Tuan dapatkan. Saya tadi mencegah Tuan tidak membeli susu penjual di samping saya karena saya kurang suka dengannya, padahal saya tahu perkataannya selalu jujur. Saya harap Tuan mau memaafkan etika buruk saya dan menerima saran saya ini."

"Tuan, lebih baik saya tidak menjual susu saya kepada Anda daripada Anda mengikuti sarannya. Selain haram, minumannya juga haram."

"Tuan, ada harga ada kualitas. Jika susunya tidak bisa dijual kepada Tuan, saya bisa mengambilkan kelapa muda untuk Tuan, gratis. Kelapa muda juga bisa menetralisir minuman seperti khamr, bahkan lebih ampuh."

"Tuan, ada faktor lain mengapa sesuatu dihargai mahal selain faktor kualitas, tak terkecuali sesuatu yang haram. Apa hanya demi kesenangan sesaat, Anda mau mengorbankan tubuh dan melanggar larangan-Nya? Ingatlah nenek moyang kita yang dipindahkan ke sini karena satu larangan yang mereka langgar, padahal di sana keindahannya beribu kali lipat daripada di sini."

"Tuan, waktu saya tinggal sedikit. Tidak perlu mikir banyak, nanti Tuan menyesal. Belilah minuman racikan saya ini."

Lagi, tamu yang berpakaian hitam bingung harus berkata apa lagi agar tuan rumah tidak bertransaksi dengan perempuan si penjual khamr. 

"Ada apa ini? Kalian tampak mencurigakan. Siapa kalian? Dan mau apa pada warga RT saya?" 

Di belakang para tamu ada seorang bapak berpostur gendut dengan peci putih, baju koko, bawahan memakai sarung biru tua, dan beralas sepatu pentofel hitam. Para orang berpakaian tertutup sempat telonjak kaget mendengar suara orang lain di rumah itu. Mereka mengelus dada sembari geleng-geleng dan beristifar lirih.

"Maaf, Pak RT, saya hanya menawarkan susu kepada warga RT Bapak ini," kata orang berpakaian hitam.

"Saya juga, Pak, hanya ingin menawarkan sebuah produk kepada warga RT Bapak ini. Sama sekali tidak ada maksud lain," kata penjual khamr.

Pak RT tersenyum, lalu celingak-celinguk ke sekitar rumah dan jalan. Tidak ada siapa-siapa, kecuali tiga orang di depannya. "Berapa harganya? Biar saya beli," bisiknya kepada orang bersuara perempuan.

"Nah, Bapak datang tepat waktu. Saya sedang promo. Seratus lima puluh ribu saja," jawab orang berpakaian tertutup warna putih dengan berbisik juga. Harganya ditambahkan lima puluh ribu dari harga yang ditawarkan kepada tuan rumah.

"Ini, saya ada uangnya," Pak RT merogoh kantong baju kokonya dan memberikan uang berwarna merah dan biru dengan waswas seperti kelakuan orang yang sedang korupsi, "mana barangnya?"

Penjual khamr menyerahkan barang yang sebelumnya ditawarkannya kepada tuan rumah. "Terima kasih, Pak. Saya senang Bapak mau membeli dagangan saya."

Setelah menerima minuman haram ith, Pak RT segera menjepitnya di antara tubuhnya dan sarungnya.

Tanpa diketahuinya, penjual khamr dan penjual susu saling tatap, mengangguk, lalu dengan cepat melepas pakaian tertutup mereka mulai dari sarung tangan, masker, penutup kepala, dan baju panjang bertopi, lantas menodongkan pistol. Kini mereka berbaju polisi, sedangkan bawahan tetap celana lebar, tidak dilepas. "Angkat tangan atau kami tembak!"

Pak RT mengangkat kedua tangan dengan wajah takut dan bingung, sedangkan tuan rumah membulatkan mata.

"Anda masuk ke perangkap kami. Sekarang ikut kami ke kantor polisi," kata orang yang sebelumnya memakai pakaian hitam.

"Anak Muda, ikut kami untuk jadi saksi perilakunya," pinta polisi perempuan kepada tuan rumah.

Tuan rumah merasa lega. Tadi dia ingin membeli khamr itu saat Pak RT bersuara. Dia jarang mengutang, tetapi kemarin dia menerima gaji hasil kerja sebulan, sehingga tidak terlalu masalah jika hari Minggu ini membeli satu barang mahal. Dia bersyukur kepada Allah yang menyelamatkannya dari sandiwara dua polisi itu. 

Laki-laki itu mengikuti langkah Pak RT dan polisi perempuan, sedangkan polisi memungut kostum-kostum sandiwara. Di tengah langkahnya, tuan rumah merasa bahwa keberuntungannya ini karena dia salat Asar berjamaah di musala dan sempat berdoa memohon perlindungan dari godaan jin dan manusia, karena timbul perasaan takenak setelah salat. Jika sahabat dekatnya tidak menyeretnya ke musala, mungkin kejadian sore ini juga akan berbeda.

"Allahuakbar ...!"

"Siapa nih yang baru gajian?" goda seorang laki-laki sambil merangkul pemuda seusianya yang baru pulang dari toko kelontong. "Ke musala yuk!"

"Tunggu dulu. Aku taruh dulu belanjaanku ini."

Si lawan bicara melihat plastik hitam di tangan kanan sahabat dekatnya. "Udah, dibawa aja. Yang penting bukan makanan." Dia menyeret sahabat dekatnya ke arah sumber suara azan.

Setelah melepas rangkulan tetangganya, orang yang mendapat gaji kemarin bertanya, "Kenapa kalau makanan?"

"Ya ganggu orang salatlah. Masak pas khusyuk-khusyuknya, ibadah jamaah buyar hanya karena aroma lezat sebuah makanan. Oon banget lo."

Mengingatnya membuatnya tersenyum dan ingin memberikan sesuatu kepada sahabat dekatnya itu. Akan tetapi, akan membelikan apa, dia akan memikirkannya nanti. Sekarang dia harus siap menghadapi pertanyaan atau pernyataan Pak RT nanti selama perjalanan ke kantor polisi. Dia membuka pintu depan mobil dan Pak RT sudah duduk di belakang kursi kemudi.

Setelah menaruh kostum di bagasi belakang mobil, polisi laki-laki duduk di kursi kemudi. "Mau nggak, Anak Muda?" tanyanya sambil menyodorkan botol berisi susu yang dijadikan bahan sandiwara tadi, "aman kok. Iya, kan?" Dia menoleh pada teman kerjanya.

Polisi perempuan mengangguk. "Hm. Ngapain juga polisi menawarkan sesuatu yang nggak layak?"

"Kalau nggak mau, aku minum aja," kata polisi laki-laki kepada korban pertama sasaran sandiwara.

"Saya mau kok, Pak. Makasih, ya," timpal saksi mata dan telinga lalu menunjukkan wajahnya pada polisi perempuan, "Bu Polisi juga."

Dia meminumnya saat mesin mobil dinyalakan. Dalam sekali teguk. "Ah, segernya. Bener-bener aman meski kemasannya polosan. Semoga berkah berlimpah padaku," monolognya.

"Aamiin," ucap dua polisi.

"Tapi jangan lupa untuk ambil pelajaran dari semua rangkaian sandiwara kami itu, lho, Anak Muda," pesan polisi laki-laki, "kamu salah satu penerus kami, jadi jadilah seorang yang berharga; berwawasan luas dan berhati baik."

"Iya, Pak."

"Insyaallah, Anak Muda. Jangan berjanji, di dunia ini nggak ada yang pasti, kecuali janji Tuhan," nasihat polisi perempuan, "sekeras apa kita buat menepati, semua kembali pada-Nya. Rencana-Nya nggak terduga."

Tamat

Benar perkiraan Anda jika cerita ini terinspirasi dari kisah Isra Miraj Rasulullah. Sebelum pergi ke langit, Malaikat Jibril memintanya memilih susu atau khamar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belilah Khamr

Pada suatu hari ada dua orang yang berpakaian tertutup—hanya menampakkan area mata—datang ke sebuah rumah. Orang yang berbulu mata lentik me...